Candi Cangkuang, Candi Mungil di Tengah Danau
Garut mungkin lebih dikenal sebagai produsen dodol. Tetapi sebenarnya kota kecil ini memiliki pemandangan alam yang indah. Kabarnya, aktor Inggris Charlie Chaplin pernah berkunjung ke Garut dan menjulukinya “Switzerland of Java”.
Salah satu objek wisata yang terdapat di Garut adalah Candi Cangkuang di Kecamatan Leles. Tidak seperti Prambanan atau Borobudur, Cangkuang hanya terdiri dari satu candi mungil yang terletak di tengah danau bernama sama — Situ Cangkuang.
Ketika tiba di tepi danau, yang pertama kali terlihat adalah jajaran rakit bambu aneka warna. Jauh lebih cantik dari rakit yang pernah saya lihat. Penumpang dapat duduk di dua bangku panjang berhadapan di bagian tengah.
Situ Cangkuang dikelilingi beberapa gunung dengan pemandangan indah. Foto: Olenka Priyadarsani
Salah satu objek wisata yang terdapat di Garut adalah Candi Cangkuang di Kecamatan Leles. Tidak seperti Prambanan atau Borobudur, Cangkuang hanya terdiri dari satu candi mungil yang terletak di tengah danau bernama sama — Situ Cangkuang.
Ketika tiba di tepi danau, yang pertama kali terlihat adalah jajaran rakit bambu aneka warna. Jauh lebih cantik dari rakit yang pernah saya lihat. Penumpang dapat duduk di dua bangku panjang berhadapan di bagian tengah.
Situ Cangkuang dikelilingi beberapa gunung dengan pemandangan indah. Foto: Olenka Priyadarsani
Sementara itu bagian dasar rakit terbuat dari bambu-bambu panjang yang disatukan, dengan bagian depan runcing. Rakit-rakit inilah yang dapat disewa untuk menyeberangkan wisatawan ke lokasi candi.
Tarif sewa rakit cukup murah yaitu Rp 4 ribu per orang bolak-balik. Namun dengan catatan penumpang berjumlah 20 orang. Anda harus menunggu penumpang lainnya sampai rakit penuh. Bila tidak mau membuang waktu, Anda dapat menyewa satu rakit seharga Rp 80 ribu, bisa ditawar hingga 60 ribu.
Pulau di tengah danau tidak jauh. Rakit berjalan pelan menyusuri danau yang berwarna kehijauan. Di kejauhan terlihat sisi danau yang dipenuhi bunga-bunga teratai berwarna merah muda. Sementara itu, gunung dan bukit menjadi latar belakang pemandangan.
Gunung yang mengelilingi antara lain Haruman, Malang, Kaledong, dan Guntur. Semakin dekat dengan bibir pulau, bangunan candi kecil makin terlihat jelas.
Cangkuang adalah satu-satunya candi Hindu yang berada di Jawa Barat. Candi yang ditemukan pada tahun 1966 (dan telah direstorasi) ini berada di tengah kompleks makam. Satu makam yang sering dijadikan fokus ziarah kubur adalah makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, seorang penyebar agama Islam di wilayah tersebut.
Candi Cangkuang, candi mungil di tengah danau. Foto: Olenka Priyadarsani
Tarif sewa rakit cukup murah yaitu Rp 4 ribu per orang bolak-balik. Namun dengan catatan penumpang berjumlah 20 orang. Anda harus menunggu penumpang lainnya sampai rakit penuh. Bila tidak mau membuang waktu, Anda dapat menyewa satu rakit seharga Rp 80 ribu, bisa ditawar hingga 60 ribu.
Pulau di tengah danau tidak jauh. Rakit berjalan pelan menyusuri danau yang berwarna kehijauan. Di kejauhan terlihat sisi danau yang dipenuhi bunga-bunga teratai berwarna merah muda. Sementara itu, gunung dan bukit menjadi latar belakang pemandangan.
Gunung yang mengelilingi antara lain Haruman, Malang, Kaledong, dan Guntur. Semakin dekat dengan bibir pulau, bangunan candi kecil makin terlihat jelas.
Cangkuang adalah satu-satunya candi Hindu yang berada di Jawa Barat. Candi yang ditemukan pada tahun 1966 (dan telah direstorasi) ini berada di tengah kompleks makam. Satu makam yang sering dijadikan fokus ziarah kubur adalah makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad, seorang penyebar agama Islam di wilayah tersebut.
Candi Cangkuang, candi mungil di tengah danau. Foto: Olenka Priyadarsani
Bila Anda ingin melihat beberapa artefak sejarah yang ditemukan di lokasi candi dan makam, silakan berkunjung ke museum di lokasi tersebut. Di sana juga terdapat denah, foto, serta sejarah tentang candi ini. Masih belum puas? Anda dapat bertanya pada petugas museum tentang sejarah cagar budaya di Desa Cangkuang ini.
Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah mengunjungi Kampung Pulo, kampung adat peninggalan Arif Muhammad. Kampung Pulo terletak di sebelah candi. Di sana terdapat tujuh bangunan yang didiami oleh enam keluarga.
Satu hal yang tidak boleh terlewatkan adalah mengunjungi Kampung Pulo, kampung adat peninggalan Arif Muhammad. Kampung Pulo terletak di sebelah candi. Di sana terdapat tujuh bangunan yang didiami oleh enam keluarga.
Kampung Pulo di Cangkuang masih menjaga tradisi turun temurun. Foto: Olenka Priyadarsani
Menurut sejarah, Arif Muhammad memiliki seorang anak laki-laki dan enam anak perempuan. Ia membangun masjid sebagai lambang bagi anak laki-lakinya, dan enam buah rumah untuk anak perempuannya. Secara turun-temurun kampung ini dihuni enam keluarga. Bila ada anggota keluarga yang menikah, ia harus meninggalkan Kampung Pulo. Ada berbagai larangan di kampung ini, salah satunya adalah memelihara hewan berkaki empat.
0 komentar:
Posting Komentar